Dhee the Psychologist

Welcome to my blog....here is my first blog about my study, psychology hope you enjoy it.. ^_^

Dhee the Psychologist

Welcome to my blog....here is my first blog about my study, psychology hope you enjoy it.. ^_^

Dhee the Psychologist

Welcome to my blog....here is my first blog about my study, psychology hope you enjoy it.. ^_^

Dhee the Psychologist

Welcome to my blog....here is my first blog about my study, psychology hope you enjoy it.. ^_^

Dhee the Psychologist

Welcome to my blog....here is my first blog about my study, psychology hope you enjoy it.. ^_^

Selasa, 10 Mei 2011

Tugas Psikologi Kepribadian : Alfred Adler


ALFRED ADLER
PSIKOLOGI INDIVIDUAL

BIOGRAFI
Alfred Adler lahir pada tanggal 7 Februari 1870 di Rudolfsheim, sebuah desa dekat Wina, Austria. Anak ke-3 dari 7 bersaudara (juga merupakan anak laki-laki ke-2). Adler tumbuh sakit-sakitan, dan berusaha sekuat tenaga untuk menyaingi kakaknya (Sigmund Adler) yang sehat. Saat berumur empat tahun, Alfred Adler, mendapati adiknya, Rudolf Adler, meninggal di sebelahnya. Alfred Adler kecil menilai kejadian tersebut sama seperti pengalamannya sendiri saat hampir meninggal karena radang paru-paru. Ia menilai kejadian tersebut sebagai tantangan untuk mengalahkan kematian. Jadi, di usia lima tahun Alfred Adler ingin menjadi dokter untuk mengalahkan kematian.
Pada tahun 1895, ia meraih gelar dokternya. Awalnya ia seorang dokter mata dan memiliki kantor praktek di daerah pemukiman kelas bawah, di kota Vienna. Dekat dengan Prater, yaitu kombinasi taman hiburan dan sirkus. (pasien-pasiennya termasuk para pemain sirkus). Kemudian ia menghentikan prakteknya dan beralih ke psikiatri dan kedokteran umum. Pada Desember 1897 ia menikah dengan wanita Rusia Raissa Epstein dan memiliki empat orang anak : Alexandra dan Kurt yang menjadi Psikiater, Valentine (Vally) serta Cornelia (Nelly)
Akhir tahun 1902, Alfred Adler dan beberapa dokter lain diundang oleh Freud untuk mendiskusikan psikologi dan neuropatologi. Kelompok ini dikenal sebagai Wednesday Psychological Society yang kemudian berubah nama menjadi Vienna Psychoanalytic Society. Alfred Adler  pernah menjabat sebagai presiden dalam organisasi tersebut namun pada Oktober 1911, setelah keduanya (Freud dan Adler) menyadari bahwa pendapat mereka tidak lagi dapat disatukan, Alfred Adler mengundurkan diri dari organisasi tersebut. Kemudian ia mendirikan Society for Free Psychoanalitic Study dan kemudian berubah nama nenjadi Society For Individual Psychology.
Pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen, Skotlandia, Alfred Adler meninggal karena serangan jantung.
PENGANTAR TEORI
Neo-Psikoanalitik à approachnya masih psikoanalitik, terdapat unsur ketidaksehatan dalam jiwa manusia karena memang klinis patologis.
Why disebut Psikologi Individual? Awalnya “melepaskan diri” dari Freud dan sesuai dengan konsep teorinya, bahwa manusia memiliki kepribadian yang menyatu. Setiap individu adalah kesatuan yang unik dari motif-motif, sikap, dan nilai yang dibentuk dari heredity dan lingkungan. (sehingga menurut Adler kepribadian individu tidak dibagi-bagi –tidak seperti Freud dengan id-ego-super ego atau seperti Jung dengan kesadaran-ketidaksadaran-self-arketipe-dll) kepribadian seseorang itu menyatu dan kosisten untuk mencapai tujan hidupnya.

TEORI-TEORI
Dapat diuraikan menjadi enam kerangka. Berikut adalah adaptasi dari daftar yang menggambarkan pernyataan akhir dari psikologi individual (Adler, 1964)
1.      Kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang meraih keberhasilan atau superioritas (striving for success or superiority)
2.      Persepsi subjektif (subjective perception) manusia membentuk perilaku dan kepribadiannya.
3.      Kepribadian itu menyatu (unified) dan konsistensi diri (self-consistent)
4.      Nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat social (social interest-gemeinschaftsgefuhl)
5.      Struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi gaya hidup (style of life) seseorang.
6.      Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif (creative power) manusia.
 Berjuang Meraih Keberhasilan atau Superioritas
            Striving for superiority or success merupakan reduksi semua motivasi hidup manusia. Pada awal kariernya ia menggunakan istilah agresivitas sebagai kekuatan dinamis dibalik perilaku manusia. Setelah itu ia mengganti dengan will to power (maskulin dan feminine) kemudian melahirkan istilah masculine protestà mirip konsep Freud tapi lebih kearah wanita menuntut kesetaraan hak-hak social –bukan sex-
            Menurut Adler(1956) manusia berjuang demi sebuah tujuan akhir, entah itu superioritas pribadi atau keberhasilan untuk semua umat manusia. Tujuan tersebut bersifat fiksi (khayalan) à Fictional Finalism. Tujuan dibentuk sejak kecil, berkembang membentuk kepribadian sesuai dengan style of life nya dan dibentuk dari factor heredity, lingkungan serta yang terpenting adalah daya kreatif.
            Setiap manusia dilahirkan dengan perasaan inferior, lemah dan tidak berdaya. Inferioritas tersebut merupakan perasaan subjektif yang muncul akibat adanya kekurangan psikologis, social, maupun cacat fisik yang nyata. Rasa inferioritas tersebut bukanlah suatu abnormalitas. Contonya : seorang bayi dilahirkan dengan tubuh kecil, tak berdaya, dan lemah à merasa inferior. Untuk mengimbangi kelemahan ini, mereka menetapkan tujuan fiksional untuk menjadi besar, lengkap dan kuat. Jadi, tujuan akhir seseorang adalah mengurangi rasa sakit akibat perasaan inferior dan mengarahkan orang tersebut kepada superioritas maupun kesusesan.
            Dalam perjuangan mencapai tujuan akhir, manusia mengejar dan menciptakan banyak tujuan awal (subtujuan). Beberapa subtujuan sering disadari, namun hubungan antara beberapa subtujuan dengan tujuan akhir biasanya tidak tampak. Tetapi, jika dilihat dari sudut pandang tujuan akhir, semua subtujuan ini akan berkesesuaian satu sama lain dengan pola yang selalu konsisten dalam dirinya.
v   Daya Juang sebagai Kompensasi
Manusia berjuang meraih superioritas atau keberhasilan sebagai cara untuk mengganti perasaan inferior atau lemah. Adler (1930) percaya bahwa semua manusia “dikaruniai” tubuh yang kecil, lemah, dan inferior ketika lahir yang menyebabkan manusia merasa inferior. Sementara, manusia secara alami memiliki kecenderungan bawaan untuk meraih sesuatu yang utuh atau lengkap.
Daya juang merupakan bawaan, tetapi sifat dan arah daya juang ditentukan oleh perasaan inferior dan tujuan meraih keunggulan. Ada dua macam bentuk perjuangan:
o   Berjuang meraih superioritas pribadi
-          Karena kurangnya minat social
-          Tujuan bersifat personal
-          Dimotivasi sebagian besar oleh perasaan inferior yang berlebihan atau mnculnya inferiority complex.
o   Berjuang meraih kesuksesan
-          Memiliki minat social yang tinggi
-          Orang-orang yang sehat secara psikologis
-          Tujuannya untuk social.
Persepsi Subjektif
Manusia berjuang meraih keunggulan atau keberhasilan untuk mengganti perasaan inferior. Sikap daya juang mereka tidak ditentukan oleh kenyataan, namun oleh persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh fiksi mereka, atau harapan di masa depan.
v  Fiksionalisme à Fictional Finalism
Gagasan ini diperoleh dari buku filsafat Hans Vaihinger yang berjudul Philosophy of “As If” à fiksi adalah gagasan yang tidak nyata namun mempengaruhi manusia sehingga seolah gagasan tersebut menjadi nyata.
Contonya:  manusia memiliki kehendak bebas yang memampukan mereka membuat pilihan-pilihan. Pernyataan tersebut bersifat fiktif, tidak ada yang bisa membuktikan bahwa kehendak bebas itu nyata, namun fiksi ini membuat manusia berlaku seolah-olah mereka dan orang lain mempunyai kehendak bebas dan bertanggung jawab atas pilihan-pilihan mereka.
            Konsisten dengan pendekatan Teleologis yang ia pegang bahwa perilaku manusia cenderung termotivasi oleh tujuan di masa mendatang, meskipun hal tersebut bersifat fiktif.
Kesatuan dan Self-Consistency dari Kepribadian
            Adler menekankan bahwa setiap orang itu unik dan tak terpisakan. Pikiran, perasaan, dan tindakan semua mengarah pada satu sasaran dan berfungsi untuk mencapai satu tujuan. Adler (1956) mengenali beberapa cara di mana keseluruhan diri manusia berfungsi dengan kesatuan dan self-consistency.
v  Bahasa Organ
Kelemahan suatu organ tubuh memperlihatkan arah dari tujuan seseorang. Melalui bahasa organ, organ-organ tubuh “berbicara sebuah bahasa yang biasanya lebih ekspresif dan mengungkapkan pikiran seseorang dengan lebi jelas daripada yang bisa diungkapkan dengan kata-kata” (Adler 1956)
Contohnya: kasusà anak laki-laki yang sangat patuh, mengompol di malam hari, à sebenarnya ia tidak ingin mematuhi harapan orang tuanya.
v  Kesadaran dan Ketidaksadaran
Adler mengindari dikotomi antara kesadaran dan ketidaksadaran. Ia memandang kesadaran dan ketidaksadaran sebagai dua bagian yang bekerjasama sebagai system yang menyatu untuk meraih satu tujuan.
Minat Sosial (Gemeinschaftsgefuhl)
            Merupakan perasaan menjadi satu dengan umat manusia. Menyatakan secara tidak langsung keanggotaan dalam komunitas social seluruh manusia. Bisa didefinisikan sebagai sikap keterikatan dengan umat manusia secara umum maupun sebagai empati untuk setiap anggota masyarakat. Hal ini termanifestasi dalam bentuk kerjasama dengan orang lain untuk kemajuan social bukan keuntungan pribadi. (Adler, 1964)
            Sumber dari minat social adalah ubungan ibu dan anak selama bulan-bulan pertama masa kanak-kanak. Minat social adala ukuran Adler untuk mengukur kesehatan psikologis, seingga ia dianggap sebagai “criteria tunggal dari nilai manusia” (Adler, 1927)
            Singkatnya, manusia memulai hidup dengan daya juang dasar yang digerakkan oleh keterbatasan fisik yang dialami. Kelemahan ini menyebabkan perasaan inferior sehingga menetapkan tujuan akhirnya. Individu yang tidak sehat  akan melebih-lebihkan keadaan inferioritas mereka dan berusaha mengatasi perasaan ini dengan menetapkan tujuan superioritas pribadi. Sedangkan orang yang seat secara psikologis dimotivasi ole perasaan tidak lengkap yang wajar dan tingkat minat social yang tinggi. Sehingga mereka menetapkan tujuan yang lebih bersifat social.
Gaya Hidup
Adalah istilah yang digunakan Adler untuk menunjukkan selera hidup seseorang. Gaya hidup mencakup tujuan, konsep diri, perasaan terhadap orang lain dan sikap teradap dunia. Gaya hidup merupakan hasil interaksi keturunan, lingkungan, dan daya kreatif yang dimiliki seseorang. Gaya hidup terbentuk dengan baik ketika mencapai umur empat atau lima tahun.
v  Empat Gaya Hidup Dasar:
o   Tipe Ruling
-          Agresif dan dominan
-          Minat social rendah
-          Energy mereka digunakan untuk menyakiti
-          Jika kuat, mereka akan menyerang orang yang menghalangi jalan mereka, kadang sampai melakukan hal-hal sadis, bullying,
-          Namun jika lemah, mereka cenderung menyakiti diri sendiri seperti drug user, bunuh diri, dll.
o   Tipe Leaning
-          Orang yang sensitive yang mengharap dukungan dan bantuan orang lain untuk menjalani hidup.
-          Sangat tidak mandiri.
-          Berkemungkinan besar menjadi pobia, obsesif-kompulsif, kecemasan umum, isteria, dll
o   Tipe Avoiding
-          Lemah, dan hanya mampu bertahan dengan menghindari masalah dan tidak menyelesaikan masalah.
o   Tipe Social Usefull
-          Orang-orang yang sehat.
-          Dapat bekerjasama dengan orang lain dan memiliki minat social yang tinggi.

Daya Kreatif
Setiap orang memiliki kebebasan untuk menciptakan gaya hidupnya sendiri. Pada akhirnya setiap orang bertanggung jawab  atas diri mereka sendiri dan bagaimana mereka berperilaku. Daya kreatif membuat mereka mampu mengendalikan keidupan mereka sendiri. Bertanggung jawab akan tujuan akhir mereka, menentukan cara yang akan mereka pakai untuk meraih tujuan tersebut, daya kreatif adala konsep dinamis yang menggambarkan pergerakan, dan pergerakan ini adalah karakteristik hidup yang paling penting. Semua kehidupan psikis mencakup pergerakan ke tujuan dan pergerakan dengan arah.
Dengan adanya daya kreatif, memberikan makna pada hidup manusia. Ia menciptakan tujuan sekaligus sebagai menjadi alat untuk mencapai tujuan tersebut, daya kreatif juga berperan membentuk Style of Life.
KONSEP ABNORMALITAS
Satu factor yang mendasari abnormalitas adalah minat social yang tidak berkembang. Selain itu, orang neurotic cenderung (1) menetapkan tujuan yang terlalu tinggi (2) hidup dalam dunianya sendiri (3) mempunyai gaya hidup yang kaku dan dogmatis.
Konsep Abnormalitas Adler sesuai dengan teorinya adalah adanya Inferiority Complex dan Superiority complex.
Inferiority Complex
suatu perasaan inferior yang berlebihan yang menimbulkan keabnormalan dalam diri seorang individu. Penyebab inferiority Complex:
1.      Organic Inferiority yang berlebihan
Kelemahan fisik yang berlebihan (missal: cacat) menyebabkan munculnya perasaan inferior yang berlebih sehingga mereka berusaha keras untuk melakukan kompensasi terhadap kelemahan mereka. Mereka menjadi terlalu peduli pada diri mereka dan kurang mempertimbangkan keadaan orang lain. Hal ini dapat mengakibatkan kompensasi yang ekstrim.
2.      Pampering Child
Memiliki minat social rendah namun punya hasrat yang kuat untuk mempertahankan hubungan yang bersifat parasit. Mereka mengharapkan orang lain utuk terus merawat, melindungi, dan memuaskan kebutuhan mereka. Karakteristik yang menonjol adalah putus asa yang berlebih, kebimbangan, oversensitive, tidak sabar, dan emosi yang berlebihan, terutama kecemasan. Mereka memandang dunia dengan kacamata pribadi dan merasa berhak untuk jadi yang pertama dari segalanya.
3.      Neglected Child
Pengabaian bersifat relative. Anak-anak yang disiksa dan diperlakukan tidak baik cenderung menciptakan gaya hidup yang terabaikan dan memiliki minat social yang minim. Rasa percaya diri rendah. Tidak percaya pada orang lain. Mengalami rasa iri yang kuat terhadap keberhasilan orang lain. Karakteristik mereka mirip dengan anak manja namun cenderung lebih mudah curiga dan memiliki kemungkinan besar untuk membahayakan orang lain. 


Superiority Complex
Kompensasi yang dilakukan terlalu berlebihan


DIAGRAM RINGKAS TEORI ADLER




TEORI TENTANG BIRTH ORDER